08 April 2005

Sex Ed Semenjak Dini

Al-jazeera menurunkan berita "Egyptian cleric slams sex education", Syekh Al-Azhar mengecam pendidikan seks.

Saya kira judul berita al-jazeera ini terlalu umum. Sex ed sudah pasti diajarkan semenjak awal. Apalagi masyarakat fikih-oriented, mau tidak mau menyinggung ini. Masih ingat ketika di SD, mulai dari pelajaran wudhu, salat, puasa, anak-anak muslim sudah akrab dengan istilah jima', mani, haid. Yang lebih "advanced", yang belajar hadis arbain imam Nawawi, sampai ke nomer 24, "bersetubuh dengan istri juga sedekah." Ustadz yang baik tentu tidak akan melompat ke nomer 25 hanya gara-gara ada unsur "sex ed" ini, tetapi akan memperlakukan murid-muridnya sebagaimana mestinya. Di surau, kami bertanya kepada pak ustadz, ketika dia menerangkan yang wajib puasa adalah anak laki2 yang sudah "bermimpi." Mimpi apaan? :-)

Sekarang menanggapi kecaman Syekh al-Azhar tentang pengajaran "safe sex" dan aborsi mestinya dilihat konteksnya. Misalnya MUI menyarankan "safe sex" untuk pasangan suami istri
yang terkena HIV/AIDS. Aborsi sudah dibahas para imam mazhab berabad-abad yang lalu. Ternyata Syekh Tantawi juga memberikan guide line:
'sex education should be taught "in a way that doesn't stir instincts, or offend public morality".'
Baru minggu lalu, saya menemukan buku "sex ed" untuk anak-anak, saya kira untuk usia dini, lengkap dengan gambar anatomi organ laki-laki dan perempuan. Tidak ada masalah untuk yang ini. Ternyata ada juga bab proses "pembuahan" termasuk gambar visual di tempat tidur. Saya dan istri masih mikir-mikir untuk menunjukkan buku ini ke anak-anak usia SD.

*Original Post