Kisah Pak Puspo diketengahkan di milis ini. Alih-alih kisah itu menunjukkan "kesuksesan" dan sisi positif poligami, gerakan anti-poligami dengan mudah membidik titik lemahnya: istri-istri muda Pak Puspo masih perawan dan berusia jauh lebih muda daripada istri pertama.
Apa ada stok lain untuk pro-poligami? Ya tentu saja ada. Tinggal sebut teladan Rasulullah saw. Tapi kan beliau nabi, manusia sempurna dan maksum? Bagaimana dengan manusia biasa? Apakah sudah dikaji poin-poin permasalahan yang mencakup sisi teologis, ekonomi-sosial-psikologis dan evaluasi prakteknya seperti yang diajukan Mbak Mia?
Tapi "tidak semua laki-laki" (Basofi Sudirman 90-an) seperti Pak Puspo, pegawainya Kang He-Man, atau abang becak samping rumah Neng Yasmin.
Guru saya dan istri, KH Achyari (allahu yarham) adalah pelaku poligami yang berulang-ulang mengatakan dirinya tidak menyukai poligami. Dengan istri pertamanya beliau tidak dikaruniai keturunan. Setelah bertahun-tahun akhirnya beliau didesak-desak, desakan datang dari keluarga kedua belah pihak, untuk mengambil istri lagi. Untuk ukuran masyarakat Madura,apalagi seorang kyai, hal ini bukan hal yang aneh. Beliau tetap enggan, sampai akhirnya seorang sahabat karibnya meninggal dunia dengan meninggalkan istri dan dua orang anak. Janda sahabat karibnya inilah yang diperistri oleh Kyai Achyari. Takdir pula menentukan sampai akhir hayatnya Kyai Achyari tetap tidak memperoleh keturunan dari kedua istri.
Sekalipun sering mengatakan tidak suka poligami, tidak berarti KH Achyari merasa terpaksa menikah lagi ataupun menyia-nyiakan salah satu istrinya. Yang jelas tidak pernah sekalipun Pak Achyari menyarankan para santrinya untuk berpoligami. Tapi, "tidak semua laki-laki" seperti Kyai Achyari ....
Sebagai bonus ada tip dari Kyai Achyari untuk para suami:
"Kalau kamu ingin tahu kadar cintamu pada istrimu bertambah atau berkurang,pandanglah wajah istrimu waktu malam dia telah tidur. Kalau kamu rasa diasemakin cantik, berarti meningkatlah kadar cintamu."